Sabtu, 07 Desember 2013

Skripsi Peran Retribusi Daerah Terhadap PAD




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar  Belakang  Penelitian
Sejauh mana yang kita ketahui tentang sosialisasi terhadap setiap kebijakkan pembangunan  ekonomi  disuatu  daerah  tentunya  merupakan  suatu  kebijakan  yang   penting  untuk  dilaksanakan  dalam  roda  pemerintahan.  Setiap  derap  langkah pembangunan  ekonomi  dilakukan  disuatu  daerah,  seringkali  tujuannya  tidak  dipahami dengan  baik  oleh  masyarakat  sebagai  pihak  yang  merasakan  hasil  pembagunan ekonomi  tersebut.  Pemahaman  yang  kurang  tepat  terhadap  sebuah  kebijakan pembangunan  ekonomi  tentunya  akan  memiliki  pengaruh  yang  cukup  besar  terhadap keberhasilan  pelaksanaan  kebijakkan  pembangunan  yang  dilaksanakan.  Untuk  itu pemerintah  sebagai  pengambil  kebijakan  dalam  sebuah  pembangunan  tentunya  memiliki kewajiban  untuk  memahamkan  apa  yang  diperbuat  untuk  kepentingan  rakyat.

Sementara  perikehidupan  ekonomi  maupun  pemerintahan  dalam  flame  otomi  khusus yang  baru  dimulai  ini,  tentunya  diperlukan  adanya  pola  pikir  yang  sejiwa  dengan kebijakan  pemerintahan  ini.  Kewenangan  yang  telah  diberikan  kepada  pemerintahan daerah  dengan  diikuti  perimbangan  keuangan  antara  pusat  dan  daerah,  diharapkan, pengelolaan  dan  penggunaan  anggaran  sesuai  dengan  prinsip  “money   follows   function”.
Salah  satu  problema  yang  dihadapi  oleh  sebagian  Daerah  Kota  di  Indonesia  dewasa  ini  adalah  berkisar  pada  upaya  peningkatan  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD).  Problema ini  muncul  karena  adanya  kecenderungan  berpikir  dari  sebagian  kalangan  birokrat  di Daerah  yang  menganggap  bahwa  parameter  utama  yang  menentukan  kemandirian  suatu Daerah  di  era  Otonomi  adalah  terletak  Menurut  UU  No.  32  Tahun  2004  tentang Pemerintahan  Daerah,  sumber  pendapatan  Daerah  merupakan:   Pendapatan  Asli  Daerah itu  Sendiri,  yang  terdiri  dari:   Hasil  Pajak  Daerah,  Hasil  Retribusi  Daerah,  Hasil Perusahaan  Milik  Daerah  dan  Hasil  Pengelolaan  Kekayaan  Daerah  yang  dipisahkan, Lain-lain  pendapatan  asli  Daerah  yang  sah.
Dalam  rangka  mengoptimalisasikan  Pendapatan  Asli  Daerah,  Kota  jayapura dijadikan  sektor  Pajak  Daerah  dan  Retribusi  Daerah  sebagai  sumber  keuangan  yang paling  diandalkan.  Sektor  Pajak  Daerah  tersebut  meliputi  Pajak  Hotel,  Pajak Restoran,  Pajak  Hiburan,  Pajak  Reklame,  Pajak  Penerangan  Jalan,  Pajak Pengambilan  Dan  Pengolahan  Bahan  Galian  Golongan C  serta  Retribusi  Daerah yang  terdiri:  Retribusi  Jasa  Umum  antara  lain  Pelayanan  Kesehatan  dan  Pelayanan pada  besarnya  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD).
Realitas  mengenai  rendahnya  PAD  di  sejumlah  Daerah  pada  masa  lalu,  akhirnya mengkondisikan  Daerah  untuk  tidak  berdaya  dan  selalu  bergantung  pada  bantuan pembiayaan  atau  subsidi  dana  dari  Pemerintah  Pusat.  Rendahnya  konstribusi  Pendapatan Asli  Daerah  terhadap  pembiayaan  Daerah,  karena  Daerah  hanya  diberikan kewenangan  mobilisasi  sumber  dana  retribusi  yang  mampu  memenuhi  hanya  sekitar 20%-  30%  dari  total  penerimaan  untuk  membiayai  kebutuhan  rutin  dan  pembangunan, sementara  70%  80%  didrop  dari   pusat.
Selain  karena  persoalan  kewenangan  yang  terbatas  dalam  memobilisasi  sumber  dana retribusi,  juga  terdapat  persoalan  yang  bersifat  teknis  yuridis  yaitu  dalam  bentuk regulasi  yang  dijadikan  dasar  hukum  bagi  Daerah  untuk  memungut  Pendapatan  Asli Daerah,  baik  yang  bersumber  dari  Retribusi  Daerah.
Beberapa  faktor-  faktor  yang  mempengaruhi  Pemerintah  Daerah  Kota  jayapura  dalam menetapkan  target  penerimaan  Retribusi  Daerah.  Faktor  yang  amat  penting  dan mempengaruhi  Pemerintah  Daerah  Kota  jayapura  dalam  menetapkan  target  pendapatan Retribusi  Daerah  di  Kota  jayapura  adalah  situasi  dan  kondisi  perekonomian  dan  politik  yang  kondusif.  Hal  ini  menjadi  penting  artinya  karena  kedua  hal  ini  dapat dikatakan  sebagai  dua  sisi  mata  uang  dan  dapat  menentukan  hitam-  putihnya  realisasi penerimaan.
Persoalan  yang  ada  dilapangan  secara  umum  menunjukkan  bahwa  Pendapatan  Asli Daerah  (PAD)  yang  sudah  ada  belum  seluruhnya  merupakan  hasil  maksimal  dari penggalian  pendapatan  dari  sumber  yang  sudah  ada  maupun  belum  tergalinya  sumber-sumber  potensial  pendapatan  yang  ada  di  daerah  tersebut.  Permasalahan  tersebut muncul  karena  kurang  maksimalnya  usaha  yang  bertujuan  untuk  mengembangkan potensi–potensi  sumber  PAD  secara  intensif  oleh  pemerintah  daerah.
Untuk  hal  itu  maka  menjadi  sangat  strategis  bagi  daerah  untuk  memiliki  penguasaan terhadap  potensi  PAD  yang  tidak  sekedar  potret  PAD  daerah  saat  berjalan  namun lebih  pada  kebijakan  yang  akan  berdampak  pada  peningkatan  PAD.
Dimana  Retribusi  menjadi  andalan  utama  Pemerintah  Kota  Jayapura  untuk  mengisi pendapatan  daerah.
Merupakan  sebagian  kecil  dari  sumber  pendapatan  retribusi  daerah  yang  dapat  dikelola oleh  Pemerintah  di  Kota  Jayapura,  terutama  Dinas  Pendapatan  Daerah  Kota Jayapura.

1.2.  Perumusan  Masalah
Berkenaan  dengan  fungsi  peraturan  Daerah  yang  berorientasi  Pendapatan  Asli  Daerah (PAD) dalam  menunjang  pelaksanaan  Otonomi  Daerah  di  Kota  jayapura,  maka  masalah  yang  akan  dibahas  dalam  proposal  ini  adalah: Analisis Tingkat Penerimaan Retribusi Daerah di Kota Jayapura.



1.3.      Persoalan Penelitian
1.      Berapa  besar  Retribusi  daerah  sebagai  sumber  pendapatan  asli  daerah  terhadap total  pendapatan  asli  daerah  (PAD)  di  Kota  Jayapura?
2.      Berapa  besar  tingkat  pencapaian,  penerimaan  Retribusi  daerah  di  kota  jayapura ?
3.      Faktor- faktor  apa  saja  yang  mempengaruhi  penerimaan  Retribusi  daerah  terhadap total  pendapatan  asli  daerah  di  Kota  Jayapura

1.4.      Tujuan Penelitian
Tujuan  penelitian  sebagaimana  permasalahan  yang  telah  dikemukakan  di  atas  adalah  untuk:
1.   Untuk mengetahui  tingkat retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah di Kota Jayapura setiap tahun.
2.   Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencapaian, penerimaan Retribusi Daerah di Kota Jayapura.
3.   Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD di Kota Jayapura.

1.5.      Manfaat  Penulisan
Atas  hasil  penelitian  yang  dilakukan,  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  sebagai  berikut:
  1. Bagi Pemerintah
Memberikan masukan kepada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset daerah di Kota Jayapura tentang pentingnya Tingkat Retribusi Daerah terhadap PAD di Kota Jayapura .

  1. Bagi Penulis
Sebagai masukan atau tambahan pengetahuan dan pengalaman mengenai cara peningkatan Retribusi terhadap PAD di Kota Jayapura.
3.      Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain untuk meneliti masalah yang sama pada akan datang.




BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1.  Retribusi Daerah
Retribusi  daerah  sebagaimana  halnya  pajak merupakan  salah satu  Pendapatan  Asli  Daerah  yang  diharapkan  menjadi  salah  satu  sumber  pembiayaan  penyelenggaraan  pemerintahan  dan  pembangunan  daerah,  untuk  meningkatkan  dan  memeratakan  kesejahteraan  masyarakat.  Menurut Ahmad  Yani  (2002: 55)  “Daerah  provinsi,  kabupaten/kota  diberi  peluang  dalam  menggali  potensi  sumber  daya  keuangannya  dengan  menetapkan  jenis  retribusi  selain  yang  telah  ditetapkan,  sepanjang  memenuhi  criteria  yang telah  ditetapkan  dan  sesuia  dengan  aspirasi  masyarakat”.
Menurut  Marihot P. Siahaan  (2005:6),  “Retribusi  Daerah  adalah  pungutan  daerah  sebagai  pembayaran  atas  jasa  atau  pemberian  izin  tertentu  yang  khusus  disediakan  dan atau  diberikan  oleh  pemerintah  daerah  untuk  kepentingan  orang  pribadi  atau  badan”. Jasa  adalah  kegiatan  pemerintah  daerah  berupa  usaha  dan  pelayanan  yang  menyebabkan  barang,  fasilitas,  atau  kemanfaatan  lainnya,  dapat  dinikmati  oleh  orang  pribadi  atau  badan,  dengan  demikian  bila  seseorang  ingin  menikmati  jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah,  ia  harus  membayar  retribusi  yang  ditetapkan  sesuia  dengan  ketentuan  yang  berlaku.
Ciri- ciri  retribusi  daerah:
1)      Retribusi  dipungut  oleh  pemerintah  daerah 
2)      Dalam  pemungutan  terdapat  paksaan  secara  ekonomis
3)      Adanya  kontraprestasi  yang  secara  langsung  dapat  ditunjuk
4)      Retribusi  dikenakan  pada  setiap  orang/badan  yang mengunakan/mengenyam  jasa-jasa  yang disiapkan  negara
Menurut  Dirjen  Perimbangan  Keuangan  Pusat  dan  Daerah,  Departemen  Keuangan-RI  (2004:6),  Kontribusi  retribusi  terhadap  penerimaan  Pendapatan  Asli  Daerah  Pemerintah  kabupate/pemerintah  kota  yang  relative  tetap  perlu  mendapat  perhatian  serius  bagi  daerah.  Karena  secara  teoritis  terutama  untuk  kabupaten/kota  retribusi  seharusnya  mempunyai  peranan/kontribusi  yang  lebih  besar  terhadap  Pendapatan  Asli  Daerah.
Dalam  Dwi  Poernom  (pengaturan  pajak  daerah  dan  retribusi  daerah  dalam  rangka pemasukan  terhadap  pendapatan  daerah,  halaman  9 sampai  11,  Tahun  2001). Dasar  hukum:   Undang-undang Nomor  18  Tahu  1997,  tentang  pajak  daerah  dan  retribusi  daerah  dan  Undang-undang  Nomor  34  tahun  2000  tentang  perubahan  Undang-undang  Nomor  18  Tahun 1997  tentang  pajak  daerah  dan  retribusi  daerah.
Pengertian-pengertian  yang  berkaitan  dengan  retribusi  daerah  diataur  dalam  pasal  1 Undang-undang  Nomor  34  Tahun  2000,  antara  lain :
1.      Retribusi   Daerah  adalah :  Pungutan  daerah  sebagai  pembayaran  atas  jasa  atau pemberian  izin  tertentu  yang  khusus  disediakan  dan  atau  diberikan  oleh pemerintah  daerah  yang  berkepentingan  orang  pribadi  atau  badan.
2.      Jasa  adalah :  Kegiatan  pemerintah  daerah  berupa  usaha  atau  pelayanan  yang menyebabkan  barang  fasilitas  atau  kemanfaatan  lainya  yang  dapat  dinikmati  oleh orang  pribadi  atau  badan.
3.      Jasa  Umum  adalah :  Jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah  untuk  tujuan   kepentingan  dan  kemanfaatan  umum  serta  dapat  dinikmati  oleh  orang  pribadi   atau  badan
4.      Jasa  Usaha  adalah :  Jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah  dalam  rangka pemberian  izin  kepada  orang  pribadi  atau  badan  yang  dimasudkan  untuk pembinaan,  pengaturan  pengendalian  dan  pengawasan  atas  kegiatan,  pemanfaatan   ruang,  penggunaan  sumber  daya  alam,  barang,  prasarana,  sarana,  atau  fasilitas tertentu  guna  melindungi  kepentingan  umum  dan  menjaga  kelestarian  lingkungan.
5.      Wajib  retribusi  adalah :  orang/  badan  diwajibkan  untuk  melakukan  pembayaran retribusi,  termasuk  pemungutan  atau   pemotongan  retribusi  tersebut.
6.      Masa  retribusi  adalah :  suatu  jangka  waktu  tertentu  yang  merupakan  batas  waktu bagi  wajib  retribusi  untuk  memanfaatkan  jasa  dan  perizinan  tertentu  dari pemerintah  daerah  yang  bersangkutan.
7.      Surat  Setoran  Retribusi  Daerah  (SSRD)  adalah :  surat  wajib  retribusi  digunakan untuk  melakukan  pembayaran  dan  penyetoran  yang  terutang  ke  kas  daerah.
8.      Surat  Ketetapan  Retribusi  Daerah  (SKRD)  adalah :  surat  ketetapan  retribusi  yang menentukan  besarnya  pokok  retribusi.
9.      Surat  Tagihan  Retribusi  Daerah  (STRD)  adalah :  surat  untuk  melakukan  tagihan retribusi  dan  atau  sanksi  administrasi  berupa  denda  atau  bunga.

2.1.1.  Objek Retribusi Daerah
Yang  menjadi  objek  dari  retribusi  daerah  adalah  bentuk  jasa.  Jasa  yang  dihasilkan  terdiri  dari:
a.       Jasa  umum,  yaitu  jasa  yang  disediakan  atau  diberikan  oleh  pemerintah  daerah  untuk  tujuan  kepentingan  dan  kemanfatan  umum  serta  dapat  dinikmati  oleh  orang  pribadi  atau  badan.  Jasa  umum  meliputi  pelayanan  kesehatan,  dan  pelayanan  persampahan.  Jasa  yang  tidak  termasuk  jasa  umum  adalah  jasa  urusan  umum  pemerintah.
b.      Jasa Usaha,  yaitu  jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah  dengan  menganut  prinsip-prinsip  komersial  karena  pada  dasarnya  dapat pula  disediakan oleh swasta.  Jasa  usaha  antara  lain  meliputih  penyewaan  asset  yang  dimiliki/  dikuasai  oleh  pemerintah  daerah,  penyedian  tempat  penginapan,  usaha  bengkel  kendaraan,  tempat  pencucian  mobil,  dan  penjualan  bibit.
c.       Perizinan  Tertentu,  pada  dasarnya  pemberian  izin  oleh  pemerintah  tidak  harus  dipungut  retribusi.  Akan  tetapi  dalam  melaksanakan  fungsi  tersebut,  pemerintah  daerah  mungkin  masih  mengalami  kekurangan  biaya  yang  tidak  selalu  dapat  dicukupi  oleh  sumber-sumber  penerimaan  daerah  yang  telah  ditentukan  sehingga  perizinan  tertentu  masih dipunggut  retribusi.

2.1.2.  Jenis-jenis Retribusi Daerah 
Retribusi  daerah  menurut  UU  No  18  Tahun  1997  tentang  pajak  daerah  dan  retribusi  daerah  sebagaimana  telah  diubah  terakhir  dengan  UU No  34  Tahun  2000  dan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  66  Tahun  2001  tentang  retribusi  daerah  dapat  dikelompokkan  menjadi  3  (tiga)  yaitu:
a.      Retribusi  Jasa  Umum,  adalah  retribusi  atas  jasa  yang  disediakan  atau diberikan  oleh pemerintah  daerah  untuk  tujuan  kepentingan  dan  kemanfaatan  umum  serta  dapat  dinikmati  oleh  orang  pribadi  atau  badan.
Sesuai  dengan  Undang-undang  No  34  Tahun  2000  Pasal  18  ayat  3  hurup  a,  retribusi  jasa  umum  ditentukan  berdasarkan  criteria  berikut  ini:
1)      Retribusi  jasa  umum  bersifat  bukan  pajak  dan  bersifat  bukan  retribusi  jasa  usaha  atau  perizinan  tertentu.
2)      Jasa  yang  bersangkutan  merupakan  kewenangan  daerah  dalam  rangka  pelaksanaa  asas  desentralisasi.
3)      Jasa  tersebut  memberikan  manfaat  khusus  bagi  orang  pribadi  atau  badan  yang  diharuskan  membayar  retribusi,  disamping  untuk  melayani  kepentingan  dan  kemanfaatan  umum.
4)      Jasa  tersebut  layak  untuk  dikenakan  retribusi.
5)      Retribusi  tersebut  tidak  bertentangan  dengan  kebijakan  nasional  mengenai  penyelenggaraannya.
6)      Retribusi  tersebut  dapat  dipungut  secara  efektif  dan  efisiensi  serta  merupakan  satu sumber  pendapatan  daerah  yang  potensial.
7)      Pemungutan  retribusi  memungkinkan  penyediaan  jasa  tersebut  dengan  tingkat  dan  atau  kualitas  pelayanan  yang  lebih  baik.
Jenis-jenis  retribusi  jasa  umum  terdiri  dari:
1)      Retribusi  Pelayanan  Kesehatan
2)      Retribusi  Pelayanan  Persampahan/Kebersihan
3)      Retribusi  Penggantian  Biaya  Cetak  Kartu  Tanda  Penduduk  dan  Akte  Catatan  Sipil
4)      Retribusi  Pelayanan  Pemakaman  dan  Pengabuan  Mayat
5)      Retribusi  Pelayanan  Parkir  di  Tepi  Jalan  Umum
6)      Retribusi  Pelayanan  Pasar
7)      Retribusi  Pengujian  kendaraan  Bermotor
8)      Retribusi  Pemeriksaan  Alat  Pemadam  Kebakaran
9)      Retribusi  Penggantian  Biaya  Cetak  Peta
10)  Retribusi  Pengujian  Kapal  Perikanan
b.      Retribusi  Jasa  Usaha,  adalah  retribusi  atas  jasa  yang  disediakan  oleh  pemerintah  daerah  dengan  menganut  prinsip  komersial  karena  pada  dasarnya  dapat  pula  disediakan  oleh  sektor  swasta. 
Kriteria  retribusi  jasa  usaha  adalah:
1)      Bersifat  bukan  pajak  dan  bersifat  bukan  retribusi  jasa  umum  atau  retribusi  perizinan  tertentu
2)      Jasa  yang  bersangkutan  adalah  jasa  yang  bersifat  komersial  yang  seyogianya  disediakan  oleh  sektor  swasta,  tetapi  belum  memadai  atau  terdapatnya  harta  yang  dimiliki/  dikuasai  oleh  pemerintah  daerah.
Jenis-jenis  Retribusi  Jasa  Usaha  terdiri  dari:
1)      Retribusi  Pemakaian  Kekayaan  Daerah
2)      Retribusi  Pasar  Grosir  dan/atau  Pertokoan
3)      Retribusi  Tempat  Pelelangan
4)      Retribusi  Terminal
5)      Retribusi  Tempat  Khusus  Parkir
6)      Retribusi  Tempat  Penginapan/  Pesanggahan/  Villa
7)      Retribusi  Penyedot  Khusus
8)      Retribusi  Rumah  Potongan  Hewan
9)      Retribusi  Pelayanan  Pelabuhan  Kapal
10)  Retribusi  Tempat  Rekreasi  dan  Olah  Raga
11)  Retribusi  Penyeberangan  di  Atas  Air
12)  Retribusi  Pengolahan  Limbah  Cair
13)  Retribusi  Penjualan  Produksi  Usaha  Daerah.
c.       Retribusi  Perizinan  Tertentu,  adalah  retribusi  atas  kegiatan  tertentu  pemerintah  daerah  dalam  rangka  pemberian  izin  kepada  orang  pribadi  atau  badan  yang  dimaksudkan  untuk  pembinaan,  pengaturan,  pengendalian,  dan  pengawasan  atas  kegiatan  pemanfaatan  ruang.  Penggunaan  sumber  daya  alam,  barang,  prasarana,  sarana,  atau  fasilitas  tertentu  guna  melindungi  kepentingan  umum  dan  menjaga  kelestarian  lingkungan.
Kriterian  retribusi  perizinan  tertentu  antara  lain:
1.      Perizinan  tersebut  termasuk  kewenangan  pemerintahan  yang diserahkan  kepada  daerah  dalam  rangka  asas  desentralisasi
2.      Perizinan  tersebut  benar-benar  diperlukan  guna  melindungi  kepentingan  umum
3.      Biaya  yang  menjadi  beban  pemerintah  dalam  penyelenggaraan  izin  tersebut  dan  biaya  untuk  menanggulangi  dampak  negative  dari  pemberian  izin  tersebut  cukup  besar  sehingga  layak  dibiayai  dari  perizinan  tertentu.
Jenis-jenis  Retribusi  perizinan  tertentu  terdiri  dari ;
1)                  Retribusi  Izin  Mendirikan  Bangunan
2)                  Retribusi  Izin  Tempat  Penjualan  Minuman  Beralkohol
3)                  Retribusi  Izin  Gangguan
4)                  Retribusi  Izin  Trayek

2.1.3.  Sarana  dan  Tata  Cara  Pengumutan  Retribusi  Daerah
Pemungutan  retribusi  daerah  tidak  dapat  diborongkan,  artinya  seluruh  proses  kegiatan  pemungutan  retribusi  tidak  dapat  diserahkan  kepada  pihak  ketiga.  Namun,  dalam  pengertian ini tidak berarti  bahwa  pemerintah  daerah  tidak  boleh  bekerja  sama  dengan  pihak  ketiga.  Dengan  sangat  selektif  dalam  proses  pemungutan  retribusi,  pemerintah  daerah  dapat  mengajak  bekerja  sama  badan-badan  tertentu  yang  karena  profesionalismenya  layak  dipercaya  untuk  ikut  melaksanakan  sebagian  tugas  pemungutan  jenis  retribusi  tertentu  secara  lebih  efisien.  Kegiatan  pemungutan  retribusi  yang  tidak  dapat  dikerjasamakan  dengan  pihak  ketiga  adalah  kegiatan  perhitungan  besarnya  retribusi  yang  terutang,  pengawasan  penyetoran  retribusi,  dan  penagihan  retribusi.
Retribusi  dipungut  dengan  menggunakan  Surat  Ketetapan  Retribusi  Daerah  (SKRD)  atau dokumen  lain  yang  dipersamakan.  SKRD  adalah surat  ketetapan  retribusi  yang  menentukan  besarnya  pokok  retribusi.  Dokumen  lain  yang  dipersamakan  antara lain,  berupa  karci  masuk,  kupon  dan  kartu  langganan.  Jika  wajib  retribusi  tertentu  tidak  membayar  retribusi  tepat  pada  waktunya  atau  kurang  membayar,  ia  dikenakan  sanksi  administrasi  berupa  bunga  sebesar  dua  persen  setiap  bulan  dari  retribusi  terutang  yang  tidak  atau  kurang  dibayar  dan  ditagih  dengan  menggunakan  Surat  Tagihan  Retribusi  Daerah  (STRD). 
STRD  surat  untuk  melakukan  tagihan  retribusi  dan  atau  sanksi  administrasi  berupa  bunga  dan atau  denda.  Tata  cara  pelaksanaan  pemungutan  retribusi  daerah  ditetapkan  oleh  kepala  daerah.
Menurut  Mahenrazulfan  (Fungsi  Retribusi  dalam  meningkatkan  PAD,  halaman  6,  tahun 2010) 
 Pungutan  retribusi  langsung  atau  konsumen  dalam  praktekknya  biasanya  dikenakan  karena  satu  atau  lebih  dari  pertimbangan-pertimbangan  sebagai  berikut:
1.      Apakah  pelayanan  tersebut  merupakan  barang-barang  public  atau  privat,
mungkin  pelayanan  tersebut  dapat  disediakan  kepada  setiap  orang.
2.      Suatu  jasa  yang  melibatkan  suatu  sumber  daya  yang  langka  atau  mahal  dan  perlunya  disiplin  Masyarakat  dalam  mengkonsumsinya.
3.      Ada  beberapa  jenis  konsumsi  yang  dinikmati  oleh  individu  bukan  karena
kebutuhan  pokok  sehingga  lebih  merupakan  pilihan  dari  pada  keperluan.
4.      Jasa-jasa  dapat  digunakan  untuk  kegiatan-kegiatan  mencari  keuntungan
disamping  memuaskan  kebutuhan-kebutuhan  individual  di  kantor  pos,
telepon  seluruhnya  digunakan  secara  luas  oleh  industri.
Untuk  tata  cara  pemungutannya  retribusi  tidak  dapat  diborongkan  dan  retribusi dipungut  dengan  menggunakan  surat  ketetapan  retribusi  daerah atau  dokumen  yang dipersamakan.  Pelaksanaan  penagihannya  dapat  dipaksakan,  dalam  hal  wajib  retribusi tertentu  kepada  mereka  yang  tidak  membayar  tepat  pada  waktunya  atau  kurang  membayar,  dikenakan  sangsi  administrasi,  berupa  bunga  sebesar  2%  (dua  persen)  setiap bulan  dari  retribusi  yang  terutang  yang  tidak  atau  kurang  dibayar  dan  ditagih  dengan Surat  Tagihan  Retribusi  daerah  (STRD).

2.1.4.  Perhitungan  Retribusi  Daerah
Besarnya  retribusi  yang  terutang  oleh  orang  pribadi  atau  badan  yang  menggunakan  jasa  atau  perizinan  tertentu  dihitung  dengan  cara  mengalikan  tarif  retribusi  dengan  tingkat  penggunaan  jasa.  Dengan  demikian,  besarnya  retribusi  yang  terutang  dihitung  berdasarkan  tarif  retribusi  dan  tingkat  penggunaan  jasa.
a.      Tingkat Penggunaan Jasa
Tingkat  Penggunaan  Jasa  dapat  dinyatakan  sebagai  kuantitas  penggunaan  jasa  sebagai  dasar  alokasi  beban  biaya  yang  dipikul  daerah  untuk  penyelenggaraan  jasa  yang  bersangkutan,  misalnya  beberapa  kali  masuk  tempat  rekreasi,  berapa  kali/berapa  jam  parker  kendaraan,  dan  sebagainya.
Akan  tetapi,  ada  pula  penggunaan  jasa  yang  tidak  dapat  dengan  mudah  diukur.  Dalam  hal  ini  tingkat  penggunaan  jasa  mungkin  perlu  ditaksir  berdasarkan  rumus  tertentu  yang  didasarkan  atas  luas  tanah,  luas  lantai  bangunan,  jumlah  tingkat  bangunan,  dan  rencana  penggunaan  bangunan.
b.      Tarif  Retribusi  Daerah
Tarif  Retribusi  Daerah adalah  nilai rupiah  atau  persentase  tertentu  yang  ditetapkan  untuk  menghitung  besarnya  retribusi  daerah  yang  terutang.  Tarif  dapat  ditentukan  seragam  atau  dapat  diadakan  perbedaan  golongan  tarif  sesuai  dengan  sasaran  dan  tarif  tertentu,  misalnya  perbedaan  Retribusi  Tempat  Rekreasi  antara  anak  dan  dewasa.
Tarif  retribusi  ditinjau  kembali  secara  berkala  dengan  memperhatikan  prinsip  dan sasaran  penetapan  tarif  retribusi,  hal  ini  dimasudkan  untuk  mengantisipasi  perkembangan  perekonomian  daerah  berkaitan  dengan  objek retribusi  yang  bersangkutan.  Dalam  Peraturan  Pemerintah  Nomor  66  Tahun  2001  ditetapkan  bahwa  tarif  retribusi  ditinjau  kembali  paling  lama  lima  tahun  sekali.
c.       Prinsip  dan  Sasaran  Penetapan  Tarif  Retribusi  Daerah
Tarif  retribusi  daerah  ditetapkan  oleh  pemerintah  daerah  dengan  memperhatikan  prinsip  dan  sasaran  penetapan  tarif  yang  berbeda  antar  golongan  retribusi  daerah.
Sesuai  dengan  Undang-undang  Nomor  34  Tahun  2000  Pasal  21  dan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  66  Tahun  2001  Pasal  8-10  prinsip  dan  sasaran  dalam  penetapan  tarif  retribusi  daerah  ditentukan  sebagai  berikut:
1)      Tarif  retribusi  jasa  umum  ditetapkan  berdasarkan  kebijakan  daerah  dengan  mempertimbangkan  biaya  penyediaan  jasa  yang  bersangkutan,  kemampuan  masyarakat,  dan  aspek  keadilan.
2)      Tarif  retribusi  jasa  usaha  ditetapkan  berdasarkan  pada  tujuan  utama  untuk  memperoleh  keuntungan  yang  layak,  yaitu  keuntungan  yang  dapat  dianggap  memadai  jika  jasa  yang  bersangkutan  diselenggarakan  oleh  swasta
3)      Tarif  retribusi  perizinan  tertentu  ditetapkan  berdasarkan  pada  tujuan  untuk  menutup  sebagian  atau  seluruh  biaya  penyelenggaraan  pemberian  izin  yang  bersangkutan  meliputi  penerbitan  dokumen  izin,  pengawasan  dilapangan,  penegakan  hukum,  penatausahaan,  dan  biaya  dampak  negatif  dari  pemberian  izin  tersebut.
            Menurut Kesit  Bambang  Prakosa  (2003:49-52)  prinsip dasar  untuk  mengenakan  retribusi  biasanya  didasarkan  pada  total  cost  dari  pelayanan-pelayanan  yang  disediakan.  Akan  tetapi akibat  adanya  perbedaan-perbedaan  tingkat  pembiayaan  mengakibatkan  tarif  retribusi  tetap  dibawah  tingkat  biaya  (full cost)  ada  4  alasan  utama  mengapa  hal  ini  terjadi:
a)      Apabila  suatu  pelayanan  pada  dasarnya  merupakan  suatu  public  good  yang  disediakan  karena  keuntungan  kolektifnya,  tetapi  retribusi  dikenakan  untuk  mendisiplinkan  konsumsi. Misalnya  retribusi  air  minum.
b)      Apabila  suatu  pelayanan  merupakan  bagian  dari  swasta  dan  sebagian  lagi  merupakan  good  public.  Misalnya  tarif  bis disubsidi  guna  mendorong  masyarakat  menggunakan  angkutan  umum  dibandingkan  angkuatan  swasta,  guna  mengurangi  kemacetan.
c)      Pelayanan  seluruhnya  merupakan  privat  good  yang  dapat  disubsidi  jika  hal ini  merupakan  permintaan  terbanyak  dan  penguasa  enggan  menghadapi  masyarakat  dengan  full  cost.  Misalnya  fasilitas  rekreasi  dari  kolam  renang.
d)      Privat  good  yang  dianggap  sebagi  kebutuhan  dasar  manusia  dan  group-group  berpenghasilan  rendah.  Misalnya  perumahan  untuk  tunawisma.
d.      Cara  Perhitungan  Retribusi
Besarnya  retribusi  daerah  yang  harus  dibayar  oleh  orang  pribadi  atau  badan  yang  menggunakan  jasa  yang  bersangkutan  dihitung  dari  perkalian  antara  tarif  dan  tingkat  penggunaan  jasa  dengan  rumus  sebagai  berikut:
Retribusi  Terutang  =  Tarif  Retribusi  x  Tingkat  Penggunaan  Jasa

 
    
2.1.5. Kriteria  Efektivitas  Retribusi  Daerah
Untuk  menilai  tingkat  keefektivitas  dari  pemungutan  retribusi  daerah  ada  beberapa  kriteria  yang  dipenuhi  yaitu:
a.       Kecukupan  dan  Elastisitas
Elastisitas  retribusi  harus  responsif  kepada  pertumbuhan  penduduk  dan  pendapatan,  selain  itu  juga  tergantung  pada  ketersediaan  modal  untuk  memenuhi  pertumbuhan  penduduk.
b.      Keadilan
Dalam  pemungutan  retribusi  daerah  harus  berdasarkan  asas  keadilan,  yaitu  disesuaikan  dengan  kemampuan  dan  manfaat  yang  diterima.
c.       Kemampuan  Administrasi
Dalam  hal ini  retribusi  mudah  ditaksir  dan  dipungut.  Mudah  ditasir  karena  pertanggungjawaban  didasarkan  atas  tingkat  konsumsi yang dapat  diukur.  Mudah  dipungut  sebab  penduduk  hanya  mendapatkan  apa  yan  mereka  bayar,  jika  tidak dibayar  maka  pelayanan  dihentikan.
2.1.6.  Peraturan  Pemerintah  Tentang  Retribusi  Daerah
Peraturan  yang  memuat  tentang  retribusi  daerah  adalah  Undang-Undang  No  18  Tahun  1997  Tentang  Pajak  Daerah  dan  Retribusi  Daerah,  direvisi  menjadi  Undang-Undang  Nomor  34  Tahun  2000  Tentang  Pajak  dan  Retribusi  Daerah  dan  Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  66  Tahun  2001  tentang  Retribusi  Daerah,  dalam  peraturan-peraturan  ini  diatur  hal-hal  yang  berkaitan  dengan  ketentuan  retribusi  daerah.  Seperti  jenis-jenis  retribusi daerah,  tata  cara  dan  sarana  pemungutan  retribusi,  perhitungan  besarnya  retribusi  terutang  dan  beberapa  ketentuan  lainnya.

2.2. Pendapatan   Asli  Daerah 
2.2.1. Definisi Pendapatan  Asli  Daerah
Pendapatan  Asli  Daerah  adalah  pendapatan  yang  diperoleh  dari  sumber –sumber  pendapatan  daerah  dan  dikelola  sendiri  oleh  pemerintah  daerah.  Pendapatan Asli  Daerah  merupakan  tukang  punggung  pembiayaan  daerah,  oleh  karenanya  kemampuan  melaksanakan  ekonomi  diukur  dari  besarnya  kontribusi  yang  diberikan  oleh  Pendapatan  Asli  Daerah  terhadap  APBD,  semakin  besar  kontribusi  yang  dapat  diberikan  oleh  Pendapatan  Asli  Daerah  terhadap  APBD  berarti  semakin  kecil  ketergantungan  pemerintah  daerah  terhadap  bantuan  pemerintah  daerah.
Pendapatan  Asli  Daerah  hanya  merupakan  salah  satu  komponen  sumber  penerimaan  keuangan  negara  disamping  penerimaan  lainnya  berupa  dana  perimbangan,  pinjaman  daerah  dan  lain-lain  penerimaan  yang  sah  juga  sisa  anggaran  tahun  sebelumnya  dapat  ditambahkan  sebagai  sumber  pendanaan  penyelenggaraan  pemerintah  di  daerah.  Keseluruhan  bagian  penerimaan  tersebut  setiap  tahun  tercermin  dalam  anggaran  pendapatan  dan  belanja  daerah  (APBD).  Meskipun  PAD  tidak  seluruhnya  dapat  membiayai  APBD,  namun  proporsi  PAD  terhadap  total  penerimaan  tetap  merupakan  indikasi  derajat  kemadirian  keuangan  suatu  pemerintah  daerah.
Pemerintah  daerah  diharapkan  lebih  mampu  menggali  sumber-sumber  keuangan  secara  maksimal,  namun  tentu  saja  dalam  koridor  perundang-undangan  yang  berlaku  khusunya  untuk  memenuhi  kebutuhan  pembiayaan  pemerintahan  dan  pembangunan  didaerahnya  melalui  Pendapatan  Asli  Daerah.  Menurut  DR.Mchfud  Sidik,MSc,  tuntutan  penigkatan  semakin  besar  seiring  dengan  semakin  banyaknya  kewenangan  pemerintahan  yang  dilimpahkan  kepada  daerah  itu  sendiri.  Dalam  penggalian  dan  peningkatan  pendapatan  daerah  itu  sendiri  banyak  permasalahan  yang  ditemukan,  hal  ini  dapat  disebabkan  oleh:
a.       Perannya  tergolong  kecil  dalam  total  penerimaan  daerah  sebagian  besar  penerimaan  daerah  masih  berasal  dari  bantuan  Pusat.  Dari  segi  upaya  pemungutan  pajak,  banyaknya  bantuan  dari  subsidi  ini  mengurangi  “usaha”  daerah  dalam  pemungutan  PAD-nya,  dan  lebih  mengandalkan  kemampuan  “negosiasi”  daerah  terhadap  Pusat  untuk  memperoleh  tambahan  bantuan.
b.      Kemampuan  administrasi  pemungutan  di  derah  yang  masih  rendah.  Hal  ini  mengakibatkan  bahwa  pemungutan  pajak  cenderung  dibebani  oleh  biaya  pungut  yang  besar
c.       Kemampuan  perencanaan  dan  pengawasan  keuangan  yang  lemah.  Hal  ini  mengakibatkan  kebocoran-kebocoran  yang  sangat  berarti  bagi  daerah.
Menurut  Undang-undang  No.  33  Tahun  2004,  “Pendapatan  Asli  Daerah  adalah  penerimaan  yang  diperoleh  daerah  dari  sumber-sumber  di  dalam  daerahnya  sendiri  yang  dipungut  berdasarkan  peraturan  daerah  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan  yang  berlaku”.
Pendapatan  Asli  Daerah  merupakan  sumber  penerimaan  daerah   yang  asli  digali  di  daerah  yang  digunakan  untuk  modal  dasar  pemerintah  daerah  dalam  membiayai  pembangunan  dan  usaha-usaha  daerah  untuk  memperkecil  ketergantungan  dana  dari  pemerintah  pusat.
Menurut  Undang-undang  No.  33  Tahun  2004  pasal  6,  “ Sumber-sumber  Pendapatan  Asli  Daerah  terdiri  dari  :  1).  Pajak  daerah,  2).  Retribusi  daerah,  3).  Hasil  pengelolaan  kekayaan  daerah  yang  dipisahkan;  dan  4).  Lain-lain  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)  yang  sah”.
Menurut  Mardiasmo  (2002: 132),  “Pendapatan  Asli  Daerah  adalah  penerimaan  daerah  dari  sektor  pajak  daerah,  retribusi  daerah,  hasil  perusahaan  milik  daerah,  hasil  pengelolaan  kekayaan  daerah  yang  dipisahkan,  dan  lain-lain  Pendapatan  Asli  Daerah  yang  sah”.
Dalam  rangka  meningkatkan  Pendapatan  Asli  Daerah  pemerintah  daerah  dilarang:
a.       Menetapkan  peraturan  daerah  tentang  pendapatan  yang  menyebabkan  ekonomi  biaya  tinggi  dan
b.      Menetapkan  peraturan  daerah  tentang  pendapatan  yang  menghambat  mobilitas  penduduk,  lalu  lintas  barang  dan  jasa  antar  daerah,  dan  kegiatan  impor/ eksport.
2.2.2 . Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengertian  pendapatan  asli  daerah,  Pendapatan  Asli  Daerah  adalah  salah  satu  sumber dari  pendapatan  daerah,  yang  dimaksud  pendapatan  asli  daerah  adalah  penerimaan  yang diperole  daerah  dari  sumber-sumber  pendapatan  dalam  wilayanya  sendiri.  Pendapatan  asli daerah  tersebut  dipungut  berdasarkan  peraturan  daerah.
Menurut  Mardiasmo  (2002:132)  dalam  AMRI  SIREGAR  tentang  (ANALISIS TINGKAT  EFEKTIVITAS  PAJAK  DAN  RETRIBUSI,  halaman  34,38  dan  40.  Tahun 2009)
Pendapatan  asli  daerah  adalah  penerimaan  yang  diperoleh  dari  sektor  pajak  daerah, retribusi  daerah,  hasil  perusahaan  milik  daerah,  hasil  pengelolaan  kekayaan  yang dipisahkan,  dan  lain-lain  pendapatan  asli  daerah  yang  sah.
Menurut  Halim  dan  Nasir  (2006:44),  pendapatan  asli daerah  adalah  pendapatan  yang  diperoleh  daerah  yang  dipungut  berdasarkan  peraturan  daerah  sesuai  dengan peraturan  daerah.
2.2.3. Jenis-jenis  Pendapatan  Asli  Daerah
Klasifikasi  PAD  berdasarkan  Permendagri  Nomor  13/2006  adalah :  Pajak  daerah, retribusi  daerah,  hasil  pengelolaan  daerah  yang  dipisahkan,  dan  lain-lain  pendapatan  asli yang  sah.  Jenis  pajak  daerah  dan  retribusi  daerah  dirinci  menurut objek  pendapatan  sesuai dengan  undang-undang  pajak  daerah  dan  retribusi  daerah.  Jenis  hasil  pengelolaan  kekayaan  daerah  yang  dipisahkan  dirinci  menurut  objek  pendapatan  yang  mencakup  bagian  laba  atas  pernyataan  modal  pada  perusahaan  milik  daerah/BUMD,  bagian  laba  atas pernyataan  modal   pada  perusahaan  milik  pemerintah/BUMN,  dan  bagian  laba  atas  pernyataan  modal pada  perusahaan  milik  swasta  atau  kelompok  usaha  masyarat.  Jenis-jenis  lain  PAD  yang  di sahkan  disediakan  untuk  menganggarkan  penerimaan  daerah  yang  tidak  termaksud  dalam  pajak daerah,  retribusi  daerah,  dan  hasil  pengelolan  kekayaan  daerah  yang  dipisahkan,  dirinci  menurut objek  pendapatan  yang  mencakup  hasil  penjualan  daerah  yang  tidak  dipisahkan,  jasa  giro, pendapatan  bunga,  penerimaan atas  tuntutan  ganti  kerugian  daerah,  penerimaan  komisi,  potongan  atau  bentuk  lain  sebagai  akibat  dari  penjualan  atau pengadaan  barang  dan /  atau  jasa  oleh  daerah,  penerimaan  keuntungan  selisi  dari  nilai  tukar Rupiah  terhadap  mata  uang  asing,  pendapatan  denda  atas  keterlambatan  pelaksanaan  pekerjaan, pendapatan  denda  pajak,  pendapatan  denda  retribusi.  Pendapatan  hasil  ekskusif  atau  jaminan, pendapatan  dari  penyelenggaraan  pendidikan  dan  pelatihan,  pendapatan  dari  ansuran/ cicilan  penjualan.
2.2.4. Keuangan  Daerah
Menurut  Menurut  Mahenrazulfan  (Fungsi  Retribusi  dalam  meningkatkan  PAD, halaman  8,  tahun  2010)
Salah  satu  kriteria  penting  untuk  mengetahui  secara  nyata  kemampuan  Daerah  dalam mengatur  dan  mengurus  rumah  tangganya  adalah  kemampuan  self  supporting  dalam  bidang  keuangan.  Sehubungan  dengan  pentingnya  posisi  keuangan  iniPamudji menegaskan:
“Pemerintah  Daerah  tidak  akan  dapa   melaksanakan  fungsinya  dengan  efektif  dan  efisien tanp   biaya  yang  cukup  untuk  memberikan  pelayanan  dan  pembangunan…  Dan   keuangan inilah  yang  merupakan  salah  satu  dasar  criteria  untuk  mengetahui  secara  nyata kemampuan  Daerah  dalam  mengurus  rumah  tangganya  sendiri”.
Untuk   dapat  memiliki  keuangan  yang  memadai  dengan  sendirinya  Daerah membutuhkan  sumber  keuangan  yang  cukup  pula.  Dalam  hal  ini  Daerah  dapat memperolehnya  melalui  beberapa  cara,  yakni:  Pertama :  mengumpulkan  dana  dari  Pajak Daerah  yang  sudah  direstui  oleh  Pemerintah  Pusat;  Kedua :  melakukan  pinjaman  dari pihak  ketiga,  pasar  uang  atau  bank   atau  melalui  Pemerintah  Pusat;  Ketiga :  mengambil bagian  dalam  pendapatan  pajak  sentral  yang  dipungut  Daerah,  misalnya  sekian  persen  dari pendapatan  sentralnya  tersebut;  Keempat :  menambahkan  tarif  pajak  sentral  tertentu, misalnya  pajak  kekayaan  atau  pajak  pendapatan;  Kelima :  menerima  bantuan  atau  subsidi dari  pemerintah  pusat.
Undang-undang  No.  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintahan  Daerah,  menjelaskan  bahwa :
1.      Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)  Daerah  sendiri,  yang  terdiri  dari:
·        Pajak  Daerah
·        Retribusi  Daerah
·        Pengelolaan  Kekayaan  Daerah  yang  dipisahkan;
2.      Sumber  PAD  lainnya  yang  sah;
Dana  perimbangan,  yang  terdiri  dari :
·        Dana  bagi  hasil  yang  bersumber  dari  pajak  dan  sumber  daya  alam
·        Dana  alokasi  umum,  yang  dialokasikan  berdasarkan  persentase  tertentu  dari pendapatan  dalam  negeri  neto
·        Dana  alokasi  khusus  yang  dialokasikan  dari  APBN
·        Lain-lain  pendapatan  Daerah  yang  sah,  misalnya  hibah  dan  dana  darurat.
Dari  ketentuan  tersebut  di  atas  maka  pendapatan  Daerah  dapat  dibedakan  kedalam  dua jenis  yaitu:  Pendapatan  Asli  Daerah  dan  pendapatan  non-asli  Daerah.
Sumber  pendapatan  daerah  yang  penting  lainnya  adalah  retribusi  daerah.  Pengertian retribusi  secara  umum  adalah  “pembayaran-pembayaran  kepada  Negara  yang  dilakukan oleh  mereka  yang  menggunakan  jasa–jasa  negara”.
2.2.5.  Hasil  Perusahan  Milik  Daerah  dan  Hasil  Pengelolaan  Kekayaan Milik  Daerah  Yang  di  Pisahkan
Menurut  Halim  (2004:  68),  Hasil  perusahaan  milik  daerah  dan  hasil  kekayaan  milik daerah  yang  dipisahkan  menurut  penerimaan  daerah  yang  berasal  dari  hasil  perusahaan milik  daerah  dan  pengelolaan  kekayaan  milik  daerah  yang  dipisahkan.
Menurut  Halim  (2004:  68),  jenis  pendapatan  ini  meliputi  objek  pendapatan  berikut :
·        Bagian  laba  perusahaan  milik  daerah
·        Bagian  laba  lembaga  keuangan  milik  Bank
·        Bagian  laba  keuangan  nonbank
·        Bagian  laba  atas  pernyertaan  modal/invetasi
Sumber  penerimaan  PAD  yang  lainnya  menduduki  peranan  penting  setelah  pajak  dan retribusi  daerah  adalah  bagian  pemerintah  daerah  atas  laba  Badan  Usaha  Milik daerah (BUMD).  Menurut  Undang-undang  Nomor  34  tahun  2000  hasil  perusahan  milik  daerah dan  hasil  pengelolaan  kekayaan  milik  daerah  yang  di  pisahkan.
BUMD  merupakan  badan  usaha  yang  didirikan  selurunya  atau  sebagian  dengan  modal daerah.  Tujuan  didirikan  BUMD  adalah  dalam  rangka  menciptakan  lapangan  kerja  atau mendorong  pembangunan  ekonomi  daerah.  Selain  itu  BUMD  juga  merupakan  cara  yang lebih  efisiensi  dalam  melayani  masyarakat,  dan  merupakan  salah  satu  sumber  penerimaan Negara.  Bagian  laba  BUMD  tersebut  digunakan  untuk  membiayai  pembanguanan  daerah dan  anggaran  belanja  daerah,  setelah  dikurangi  dengan  penyusutan,  dan  pengurangan  lain yang  wajar  dalam  BUMD.
BUMD  sebenarnya  juga  merupakan  salah  satu  potensi  sumber  keuangan  bagi  daerah  yang perlu  terus  ditingkatan  guna  mendukung  pelaksanaan  otonomi  daerah.  Besarnya  kontribusi laba  BUMD  dalam  pendapatan  asli  daerah  dapat  menjadi  indikator  kuat  dan  lemahnya BUMD  dalam  suatu  daerah.
2.2.6.  Lain-lain  Pendapatan  Asli  Daerah  yang  Sah
Menurut  Halim  (2004:  69),  pendapatan  ini  merupakan  penerimaan  daerah  yang  berasal  dari lain-lain  milik  pemerintah  daerah.
Menurut  Halim  (2004:  69),  jenis  pendapatan  ini  meliputi  objek  pendapatan  berikut :
1)      Hasil  penjualan  asset  daerah  yang  tidak  dipisahkan,  2)  Penerimaan  jasa  giro,  3) penerimaan  bunga  deposit,  4)  Denda  keterlambatan  pelaksanaan  pekerjaan,  5) penerimaan  ganti  rugi  atas/kehilangan  kekayaan  daerah . 
2.2.7.  Pengelolaan  Pendapatan  Daerah  beserta  Implikasinya  Terhadap Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)
Pendapatan  Daerah  dalam  struktur  APBD  masih  merupakan  elemen  yang  cukup penting  Fungsinya  baik  untuk  mendukung  penyelenggaraan  Pemerintahan  maupun pemberian  pelayanan  kepada  publik.  Apabila  dikaitkan  dengan  pembiayaan,  maka pendapatan  Daerah  masih  merupakan  alternative  pilihan  utama  dalam  mendukung  program dan  kegiatan  penyelenggaraan  Pemerintahan  dan  pelayanan  public  di  kota/  kabupaten  di Indonesia.
Formulasi  kebijakan  dalam  mendukung  pengelolaan  anggaran  pendapatan  Daerah akan  lebih  difokuskan  pada  upaya  untuk  mobilisasi  pendapatan  asli  Daerah,  dana   perimbangan  dan  penerimaan  Daerah  lainnya.
Kebijakan  pendapatan  Daerah  Kota/  kabupaten  di  Indonesia  tahun  2007-  2011 diperkirakan  akan  mengalami  pertumbuhan  rata-rata  sekitar  kurang  lebih  10 %  dan pertumbuhan  tersebut  lebih  disebabkan  oleh  adanya  pertumbuhan  pada  komponen   PAD dan  komponen  Dana  Perimbangan.
2.3.            Kerangka  Pemikiran  Teoritis
1.      Kewenangan  Pemerintah  Dalam  Hal  Pengendalian  Sumber  Pendapatan  Asli  Daerah
Pada  Undang- undang  Nomor  32  Tahun  2004  diatur  pada  Pasal  10  menyebutkan :
a)      Kewenangan  Daerah  Kota  jayapura  mencakup  semua  kewenangan  Pemerintahan selain  kewenangan  yang  dikecualikan  dalam  Pasal  7 dan  yang  diatur  dalam  Pasal  9.
b)      Bidang  Pemerintahan  yang  wajib  dilaksanakan  oleh  Daerah  Kota  jayapura  meliputi Pekerjaan  Umum,  Kesehatan,  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  Pertanian,  Perhubungan, Industri  dan  Perdagangan,  Penanaman  Modal,  Lingkungan  Hidup,  Pertanahan, Koperasi  dan  Tenaga  Kerja.
Dalam  Undang- Undang  Nomor  32  Tahun  2004  hal  tersebut  secara  rinci  telah disebutkan  pada  Pasal  14  Ayat  (1)  kewenangan  untuk  Daerah  Kota/kota  meliputi  16 kewenangan  dan  pada  Ayat (2)   urusan  Pemerintahan  ada  juga  bersifat  pilihan  meliputi urusan  Pemerintahan  yang  secara  nyata  ada  dan  berpotensi  untuk  meningkatkan kesejahteraan  Masyarakat  sesuai  dengan  kondisi,  keiklasasan  dan  potensi  unggulan  Daerah yang  bersangkutan.
Memperhatikan  kewenangan  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  maka  dapat  diketahui bahwa  terdapat  sejumlah  kewenangan  dibidang  Pemerintahan  yang  tidak  diserahkan  kepada  Daerah,  sehingga  kewenangan  tersebut  tetap  menjadi  wewenang  Pemerintah  pusat dalam  wujud  Dekonsentrasi  dan  Tugas  Pembantuan.
Undang-undang  Nomor  34  Tahun  2004  tercantum  pada  Pasal  157.  Sumber  Pendapatan Daerah  terdiri  dari:  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)  meliputi:  Hasil  Retribusi  Daerah.
Pemberlakuan jenis-jenis pajak ini tentunya disesuaikan dengan peraturan-Peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti UU No. 34/2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pada Undang undang ini lebih leluasa dalam menarik Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di wilayah yurisdiksinya, dengan mengeluarkan Peraturan Daerah, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai operasionalisasi dari Undang undang ini, Pemerintah juga telah mengeluarkan PP No. 66/2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Daerah, baik Pemerintah propinsi maupun di Pemerintah /Kota.
2.   Fungsi
Dalam sebuah organisasi, sistem fungsi memegang fungsi penting untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai dengan mandat, visi, misi,tujuan serta target-target organisasi. Sistem fungsi memiliki dua tujuan utama yaitu akuntabilitas dan proses belajar.
Dari sisi akuntabilitas, sistem fungsi akan memastikan bahwa dana pembangunan digunakan sesuai dengan etika dan aturan hukum dalam rangka memenuhi rasa keadilan. Dari sisi proses belajar,sistem Fungsi akan memberikan informasi tentang dampak dari program atau intervensi yang dilakukan,sehingga pengambil keputusan dapat belajar tentang bagaimana menciptakan program yang lebih efektif.
Berdasarkan obyek Fungsi, dapat membagi Fungsi terhadap Pemerintah Kota jayapura menjadi tiga jenis,yaitu Fungsi terhadap:
  1. Produk hukum dan kebijakan Daerah
  2. Pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kota jayapura serta produk hukum dan kebijakan
  3. Keuangan Daerah

Berdasarkan  uraian  diatas  maka  penelitian  ini  dapat  dirumuskan  dalam  sebuah  kerangka  konseptual
1.      Kerangka 
Penerimaan  Retribusi  Daerah  pemerintah  Kota  di  Jayapura (X)

Pendapatan  Asi  Daerah  Pemerintah  Kota  di  jayapura (Y)
 














BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data
3.1.1.      Jenis Data
Dalam  setiap  kegiatan  yang  menyakut  penelitian  pastinya  membutuhkan  data-data  yang  berkaitan  dengan  apa  yang  diteliti.  Dengan  arti  lain  bahwa  tanpa  sebuah  data  kegiatan  penelitian  tidak  akan  berjalan  dengan  baik.  Dalam  hal  ini  juga  masih  banyak  orang  (peneliti)  belum  menyadari  bahwa  pentingnya  pengidentifikasi  data,  sehingga  akan  berpengaruh  pada  hasil  penelitian  yang  dilakukan  nanti.  Oleh  sebab  itu  data  dalam  suatu  kegiatan  penelitian  sangat  di  perlukan. 
3.1.2.      Sumber Data
Data  yang  diperlukan  dalam  penelitian  ini :
a.       Data  kwantitatif  yaitu  data  yang  berupa pendekatan  perpustakaan  yang  berhubungan  dengan  permasalahan  yang  di  bahas
b.      Data  kwantitatif  yaitu  data  yang  menjelaskan  permasalahan  dengan  memakai  angka-angka dan table  mengenai  Analisis  Tingkat  Penerimaan  Retribusi  Daerah  terhadap  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)  di kota  Jayapura.
c.       Data  Internal  yaitu  Data  yang  diperoleh  langsung  dari  Pimpinan Dispenda  kota  jayapura
d.      Data  Ekstenal  yaitu  data  yang  diperoleh  dari  Kantor  Dispenda  dan  berupa  dokumen-dokumen,  dan  literature   yang  berkaitan  dengan  kegiatan  penelitian  yang  dilakukan.




3.2. Satuan Analisis dan Satuan Pengamatan
Yang menjadi satuan analisis adalah data Retribusi Tingkat Pendapatan Terhadap Kantor Dinas Pendapatan Asli Daerah dan yang menjadi satuan pengamatan adalah perusahaan dalam hal ini perusahaan yang dimaksud adalah Dinas Pendapatan Asli Daerah (DISPEMDA).

3.3.            Metode  Pengumpulan  Data
Dalam  Penelitian  dan  kajian  akan  dipergunakan  Data  Primer  dan  Data  sekunder,  yaitu:
·        Data  Primer
Data  primer  adalah  data  yang  diperoleh  dari  sumber  pertama  dan  pengamatan  secara langsung  serta  wawancara  mendalam  (depth  interview)  dengan  pihak-pihak  terkait.
·        Data  sekunder.
Data  yang  diperoleh  dari  Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) dan  telah  diolah  oleh  pihak  lain  dan lebih  lanjut  dikaitkan,  dengan  pembahasan  dalam  penelitian.

3.4.             Metode  Analisis  Data
Setelah  data-data  yang  diperlukan  sebagai  bahan  penulis  terkumpul  melalui  pengumpulan  data,  kemudian  data  tersebut  dengan  menggunakan  metode  analisis  deskritif  kualitatif  dengan  pengelolaan  data  dalam  bentuk  distribusi  frekwensi  relative  (presentase)  yang  selanjutnya  dalam bentuk  table.






3.5.      Definisi  Operasional  Variabel
3.5.1.      Retribusi Daerah
1.      Pengertian Retribusi Daerah
Retribusi Daerah atau Retribusi adalah pungutan daerah adalah (otonom) sebagai pembayaran Atas Jasa atau pemberian Izin tertentu Yang KHUSUS disediakan sampai / atau diberikan Oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orangutan Pribadi atau badan .
2.      Ciri-ciri
·         Dipungut Oleh pemerintah daerah adalah, berdasarkan kekuatan diatur dalam peraturan perundang-Undangan.
·         Dapat dipungut apabila ADA Jasa Yang disediakan Oleh pemerintah daerah adalah Dan dinikmati Oleh orangutan atau badan.
·         Pihak Yang membayar retribusi daerah adalah mendapatkan Imbalan / balas Jasa secara Langsung Bahasa Dari pemerintah daerah adalah Atas pembayaran Yang dilakukannya.
3.      Objek dan Golongan Retribusi
Objek Retribusi Adalah:
Ø  Jasa UMUM;
Ø  Jasa Usaha; Dan
Ø  Perizinan Tertentu.
Artikel Baru demikian, retribusi digolongkan menjadi:
Ø  Retribusi Jasa UMUM;
Ø  Retribusi Jasa Usaha; Dan
Ø  Retribusi Perizinan Tertentu.
4.      Jenis-jenis Retribusi
Retribusi Jasa Umum
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan Yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan Dan kemanfaatan UMUM Serta dapat dinikmati Oleh orangutan Pribadi atau Badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum Adalah:
Ø  Retribusi Pelayanan Kesehatan;
Ø  Retribusi Pelayanan persampahan / Kebersihan Kota Bandung;
Ø  Retribusi Penggantian Wesel Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akta PT BUMI Sipil;
Ø  Retribusi Pelayanan Pemakaman Dan Pengabuan Mayat;
Ø  Retribusi Pelayanan PARKIR di Tepi Jalan UMUM;
Ø  Retribusi Pelayanan Pasar;
Ø  Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
Ø  Retribusi Pemeriksaan Alat pemadam KEBAKARAN;
Ø  Retribusi Penggantian Wesel Cetak PETA;
Ø  Retribusi Penyediaan sampai / atau Penyedotan Kakus;
Ø  Retribusi Pengolahan Dasar hukum: Regulations Cair;
Ø  Retribusi Pelayanan Tera / Tera Ulang;
Ø  Retribusi Pelayanan Pendidikan, Dan
Ø  Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Jenis Retribusi di atas dapat tidak dipungut apabila Potensi penerimaannya Kecil sampai / atau kebijakan pendidikan nasional Atas / daerah adalah untuk memberikan pelayanan nihil secara Cuma-Cuma.
Retribusi Jasa Usaha
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan Yang disediakan Oleh Pemerintah Daerah Artikel Baru menganut Prinsip Komersial Yang meliputi:
Ø  pelayanan Artikel Baru menggunakan / memanfaatkan kekayaan Daerah Yang belum dimanfaatkan secara optimal, sampai / atau
Ø  Oleh Pemerintah Daerah pelayanan Sepanjang belum disediakan secara memadai Oleh pihak swasta.
JENIS Retribusi Jasa Usaha Adalah:
Ø  Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
Ø  Retribusi Pasar Grosir dan / atau Pertokoan;
Ø  Retribusi TEMPAT Pelelangan;
Ø  Retribusi Terminal;
Ø  Retribusi TEMPAT KHUSUS PARKIR;
Ø  Retribusi TEMPAT Penginapan / Pesanggrahan / Villa;
Ø  Retribusi Rumah Potong Pada Hewan;
Ø  Retribusi Pelayanan kepelabuhanan;
Ø  Retribusi TEMPAT Rekreasi Dan OLAHRAGA;
Ø  Retribusi Penyeberangan di Air; Dan
Ø  Retribusi PENJUALAN Produksi Usaha Daerah.
Retribusi Perizinan Tertentu
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu Oleh Pemerintah Daerah kepada orangutan Pribadi atau Badan Yang dimaksudkan untuk pengaturan Dan Pengawasan Atas usaha atau kegiatan Pemanfaatan RUANG, penggunaan Sumber Daya alam, Barang, prasarana, Sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan UMUM Dan menjaga kelestarian Lingkungan.
JENIS Retribusi Perizinan Tertentu Adalah:
Ø  Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
Ø  Retribusi Izin TEMPAT PENJUALAN Minuman beralkohol;
Ø  Retribusi Izin Gangguan;
Ø  Retribusi Izin trayek; Dan
Ø  Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Kriteria Retribusi
Selain JENIS-JENIS retribusi di Atas, pemerintah Pusat dapat pula berwenang menetapkan JENIS retribusi Lain melalui PERATURAN Pemerintah .
Kriteria retribusi adalah sebagai berikut:
Ø  Retribusi Jasa UMUM:
1)      Retribusi Jasa UMUM bersifat Bukan before Dan bersifat Bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;
2)      Jasa Yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah Dalam, Rangka pelaksanaan waktu desentralisasi;
3)      Jasa nihil memberi MANFAAT KHUSUS Bagi orangutan Pribadi atau Badan Yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan Dan kemanfaatan UMUM;
4)      Jasa nihil hanya diberikan kepada orangutan Pribadi atau Badan Yang membayar retribusi Artikel Baru memberikan keringanan * Bagi Yang masyarakat tidak mampu;
5)      Retribusi tidak bertentangan Artikel Baru kebijakan pendidikan nasional mengenai penyelenggaraannya;
6)      Retribusi dapat dipungut secara efektif Dan pengerjaannya efisien, Serta merupakan salat Satu Sumber pendapatan Daerah Yang potensial; Dan
7)      pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan Jasa nihil Artikel Baru tingkat sampai / atau kualitas pelayanan Yang lebih BAIK.
Ø  Retribusi Jasa Usaha:
1)      Retribusi Jasa Usaha bersifat Bukan before Dan bersifat Bukan Retribusi Jasa UMUM atau Retribusi Perizinan Tertentu;
2)      Jasa Yang bersangkutan adalah Jasa Yang bersifat Komersial Yang seyogyanya disediakan Oleh sektor perikanan swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya memiliki harta Yang dimiliki / dikuasai Daerah Yang belum dimanfaatkan secara Penuh Oleh Pemerintah Daerah.
Ø  Retribusi Perizinan Tertentu:
1)      perizinan nihil termasuk kewenangan pemerintahan Yang Diserahkan kepada Daerah Dalam, Rangka asas waktu desentralisasi;
2)      perizinan nihil benar-benar diperlukan guna * Melindungi kepentingan UMUM; Dan
3)      Wesel yang menjadi pendapatan daerah dalam, penyelenggaraan Izin nihil dan wesel untuk menanggulangi dampak negatif bahasa dari pemberian Izin nihil cukup besar sehingga layak dibiayai bahasa dari retribusi perizinan;

3.5.2.      Pendapatan Asli Daerah
Definisi variabel intervening menurut Sugiyono (2006:41) adalah “variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variable independen dengan dependen. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variable independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variable dependen”. Dengan adanya perubahan pada variabel independen, maka variable dependen pun akan mengalami perubahan. Dalam penelitian ini, maka yang menjadi variabel intervening adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Menurut UU No. 33 Tahun 2004, definisi dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

3.5.3.      Kemandirian Daerah / Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2006:40) menjelaskan tentang variabel dependen atau variabel terikat yaitu: “ variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas ”. Dalam penelitian ini, maka yang menjadi variabel dependen adalah kemandirian daerah.
Menurut Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik Yogyakarta (2004:28) menyatakan pengertian kemandirian daerah, yaitu : “ Kemandirian suatu daerah adalah bagaimana daerah tersebut mampu menjalankan fungsinya untuk menyejahterakan masyarakat daerahnya tanpa bergantung kepada daerah lain ”.


Like the Post? Do share with your Friends.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IconIconIconFollow Me on Pinterest